Melanjutkan
cerita sebelumnya di Desa Duren, yang warga desanya bahu-membahu menjaga alam
demi keterjagaan siklus air bersih, saya. Bersama #Bank Sampah Harapan Kita,
warga Desa Duren membangun Bank Sampah yang diberi nama Bank Sampah
Harapan Kita.
Diresmikan
pada 20 Agustus 2017 lalu, Bank Sampah adalah sebuah tempat pengumpulan dan
pengelolaan sampah, utamanya plastik, dari seluruh desa yang kemudian dijadikan
berbagai barang siap jual. Kreativitas semacam ini mungkin sudah tidak asing
lagi ditemui di beberapa daerah di Indonesia. Suatu kali saya pernah
melihat tas yang terbuat dari bungkus plastik kopi instan., bahkan membeli
koper daur ulang semacam itu.

Di
Desa Duren, para perempuan, kebanyakan kaum ibu, meluangkan waktunya untuk
berkreasi, menoglah dan memanfaatkan sampah plastik–limbah nonorganik
yang tak bisa hancur–menjadi pernak-pernik berdaya pakai dan jual. Beragam
barang mereka ciptakan, mulai dari tas gendong, tas laptop, dompet,
pakaian, topi, bunga, perhiasan, hingga lampu hias. Lalu, bagaimana menciptakan
kesadaran masyarakat untuk mengumpulkan sampah plastik? Sederhana saja.
Awalnya, program #Bank
Sampah Harapan Kita mengampanyekan untuk membeli tiap sampah
non organik. Satu demi satu warga kemudian mengumpulkan sampah, tak asal buang
ke sungai atau hutan, dan membawanya ke Bank Sampah Bank Sampah Harapan Kita.
Dalam sekejap, Desa Duren berhasil menyortir limbah plastic sebagian desa.
Para anggota Bank Sampah Berhasil
membuat bahan berkualitas,
Kini
membeli sampah tak perlu dilakukan lagi. Karena kreativitas para anggota
Bank Sampah, kebutuhan sampah meningkat berkali-kali lipat. Permintaan terhadap
produk daur ulang mereka melebihi bahan baku yang tersedia. Mau bagaimana lagi,
selain dijual di daerah sendiri, produk-produk Desa Duren juga sudah menjelajah
ke berbagai tempat.
Saat
mengunjungi tempat ini, kita akan terbiasa melihat ibu-ibu dan bapak-bapak
bermain dengan jarum dan benang, pula gunting. Plastik berwarna-warni digunting
kecil-kecil untuk dijadikan bahan isian tas atau dompet, kemudian dijahit.
Hiasan lain juga dibutuhkan untuk membuat kreasi mereka, seperti pita aneka
warna dan manik-manik untuk kalung atau gelang.
kami
pun diajak untuk mencoba membuat beberapa benda daur ulang. Saya mencoba
membuat berbagai kreasi dari guntingan kertas majalah, yang digulung dan
direkatkan dengan lem agar menjadi manik-manik. Kreatif sekali,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar